• Posted by : Maggie DL Senin, 04 Januari 2016



    MAKALAH TEKNOLOGI KARET



    DISUSUN OLEH:
    ARIF
    ERI MALINDO
    LENI TRIANI
    MAGGIE DARLENE LAUTAMA
    ONIL ANDIKA


    FAKULTAS TEKNIK
    UNIVERSITAS RIAU
    PEKANBARU
    2015
    Daftar Isi
    Daftar Isi .................................................................................................... i
    Bab I Pendahuluan ..................................................................................... 1
    1.1  Latar Belakang ............................................................................... 1
    1.2  Tujuan ........................................................................................... 1
    Bab II Dasar Teori ..................................................................................... 2
    2.1  Kompon Lateks ............................................................................. 2
    2.1.1        Pengertian Lateks ............................................................... 2
    2.1.1.1  Lateks Pekat ........................................................... 3
    2.1.1.2  Proses Pembuatan Lateks Pekat .............................. 7
    2.1.1.2.1        Sentrifugasi ......................................... 7
    2.1.1.2.2        Pendadihan ......................................... 11
    2.1.2        Pengertian Kompon ........................................................... 13
    2.1.2.1  Proses Pembuatan Kompon .................................... 15
    2.1.2.2  Alat – Alat Pembuatan Kompon ............................. 16
    2.2  Pengolahan Karet Menjadi Produk ................................................. 24
    2.2.1        Ban .................................................................................... 24
    2.2.1.1  Alat Yang Digunakan Untuk Pembuatan Produk .... 25
    2.2.1.1.1        Mixing / Banbury ................................ 25
    2.2.1.1.2        Extruding ............................................ 26
    2.2.1.1.3        Calender ............................................. 27
    2.2.1.1.4        Bead .................................................... 28
    2.2.1.1.5        Cutting ................................................ 28
    2.2.1.1.6        Building .............................................. 28
    2.2.1.1.7        Curing ................................................. 29
    2.2.1.1.8        Finishing /Quality Control .................. 30
    2.2.2        Bandela .............................................................................. 31
    2.2.2.1  Alat – Alat Yang Digunakan Untuk Pengolahan
                                Lateks Menjadi Bandela ....................................... 31
    2.2.2.1.1        Tangki Lateks ...................................... 31
    2.2.2.1.2        Bulking Tank ....................................... 31
    2.2.2.1.3        Canting Moster.................................... 31
    2.2.2.1.4        Mangkok dan Pengaduk Lateks ........... 31
    2.2.2.1.5        Sadaan dan Canting Lateks ................. 31
    2.2.2.1.6        Bak Koagulan ..................................... 31
    2.2.2.1.7        Saringan Lateks ................................... 31
    2.2.2.1.8        Pengaduk Lateks ................................. 32
    2.2.2.1.9        Larop .................................................. 32
    2.2.2.1.10    Timbangan .......................................... 32
    2.2.2.1.11    Mesin Penggiling Moster / Sampel ....... 32
    2.2.2.1.12    Mesin Penggiling Bekuan Sheet / Slab . 32
    2.2.2.1.13    Termometer Rumah Pengeringan
    / Pengasapan ....................................... 32
    2.2.2.1.14    Meja Rotasi ......................................... 32
    2.2.2.1.15    Gunting ............................................... 32
    2.2.2.1.16    Timbangan Bandela ............................ 33
    2.2.2.1.17    Mesin Press ......................................... 33
    2.2.2.1.18    Jangkar Sorong .................................... 33
    2.2.2.1.19    Papan Press ......................................... 33
    Daftar Pustaka ........................................................................................... 34


    BAB I
    PENDAHULUAN
    1.1       Latar Belakang
    Seiring perkembangan zaman kebutuhan manusia secara terus menerus akan meningkat sesuai berjalannya waktu. Berbagai kebutuhan sehari-hari pun terus dikembangkan agar manusia dapat menggunakan dengan efisien sesuai kebutuhan. Salah satu alat atau benda yang sangat dipergunakan oleh manusia berbahan dasar dari karet. Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri ini. Ada dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam (natural rubber) merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang merupakan polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.
    Perkembangan teknologi karet yang sangat luas ini, menuntut agar di masa yang akan datang manusia dapat menggunakan karet sebaik dan seefisien mungkin. Bukan hanya sedikit melainkan banyak sekali kebutuhan manusia yang menggunakan karet, seperti pakaian, kebutuhan rumah tangga, transportasi, bahan bangunan dan lain lain.Oleh sebab itu kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan dengan karet tersebut. Salah satunya yang harus kita ketahui adalah proses dan alat – alat pembuatan kompon.
    1.2       Tujuan
    1.      Mengetahui proses pembuatan kompon.
    2.      Mngetahui alat – alat pembuatan kompon.


    BAB II
    DASAR TEORI
    2.1       Kompon dan Lateks
    2.1.1    Pengertian Lateks
     Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di  bagian sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental. Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat. Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong.
    Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, (poli)terpena, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata yang disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang terlarut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan, terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein. Bahan bukan karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai peran penting dalam mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya. Lateks merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel karet di dalam lateks terletak tidak saling berdekatan, melainkan saling menjauh karena masing-masing partikel memiliki muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan gerak bro2.wn. Di dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan protein sehingga partikel karet bermuatan listrik.
    2.1.1.1 Lateks Pekat
     Lateks adalah suatu koloid dari partikel karet dalam air. Lateks Hevea brasiliensismerupakan sitoplasma dari sel-sel pembuluh lateks yang mengandung partikel karet dan non karet yang tersuspensi dalam medium cair yang mengandung banyak bahan-bahan terlarut yang disebut serum. Serum lateks mengandung bahan-bahan terlarut ion-ion anorganik dan ion-ion logam yang masuk ke dalam lateks saat lateks disadap. Lateks sebagai bahan baku kompon karet cair merupakan bahan alam hasil perkebunan yang ketersediannya sangat melimpah di Indonesia. Pemanfaatan kompon karet cair untuk membuat barang jadi atau setengah jadi masih sangat terbatas, sehingga masih potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
    Ion kalium terdapat dalam jumlah paling besar. Kandungan ion magnesium yang terdapat dalam lateks amoniakal cukup rendah, hal ini dikarenakan sebagian besar ion magnesium membentuk endapan magnesium amonium posfat dengan amonium. Kandungan ion besi dalam lateks komersial sangat bervariasi karena adanya kontaminasi dari kontainer yang dipakai. Komposisi lengkap dari ion-ion logam yang terdapat dalam serum lateks adalah sebagai berikut:
                            Tabel 2.1 Komposisi Ion Logam Pada Lateks
    Nama Ion Logam
    Kadar Komposisi (%)
    Na
    0,96
    K
    96
    Rb
    0,72
    Mg
    0,36
    Ca
    0,43
    Mn
    0,02
    Fe
    1,7
    Cu
    0,07

    Sedangkan komposisi lengkap ion-ion anorganik yang terdapat dalam serum lateks adalah sebagai berikut:
                            Tabel 2.2 Komposisi Ion An-Organik Pada Lateks
    Senyawa
    Kadar Komposisi (%)
    KCl
    4,6
    K3PO4
    55
    Ca3(PO4)2
    6,8
    FePO4
    2,9
    Mg3PO4
    10,2
    Na3PO4
    10,2
    XPO4
    4,2
    CaSO4
    2,9
    Al2(SiO3)
    2,9

    Komposisi kimia lateks sangat kompleks. Secara umum komponen  Kimiawi lateks adalah sebagai berikut :
                            Tabel 2.3 Komposisi Kimiawi Lateks
    Kimia Lateks
    Komposisi (%)
    Karet
    30-35
    Resin
    0,5-1,5
    Protein
    1,5-2
    Abu
    0,3-0,7
    Gula
    0,3-0,7
    Air
    55-60

    Pembuatan karet sheet angin atau lateks pekat dari lateks kebun dapat dilakukan dengan teknologi yang sederhana sehingga bisa dikerjakan di tingkat petani karet. Dengan membuat dan menjual getah karet alam dari petani dalam bentuk sheet angin atau lateks pekat, maka harga jual getah karet alam akan jauh meningkat beberapa kali lipat daripada yang selama ini dilakukan yaitu menjual dalam bentuk karet bongkahan yang berharga murah, sehingga akan sangat meningkatkan pendapatan petani karet.
    Lateks pekat diperoleh dengan cara memekatkan lateks kebun. Pembuatan lateks pekat bertujuan untuk menghasilkan lateks dengan kadar karet kering (KKK) sekitar 60%, sehingga memudahkan dalam pengolahan barang jadi karet. Lateks pekat yang diperdagangkan umumnya dibuat dengan metode pemusingan (centrifuged latex) atau pendadihan (creamed latex). Selain metode-metode tersebut, pembuatan lateks pekat juga dapat dilakukan dengan metode penguapan (evaporasi), penyaringan (filtrasi), dialisis tekanan, dan elektrodekantasi. Metode yang paling sering digunakan adalah metode sentrifuse (pemusingan) karena menghasilkan kapasitas produksi yang besar, viskositas lateks lebih rendah (tidak kental), dan hasil lateks lebih murni (tidak tercampur endapan dan kotoran).
    Bahan baku untuk pembuatan karet cair adalah lateks pekat sedang dakomponen aditifnya kebanyakan berbentuk padat. Proses pembentukan ikatan silang antara molekul poliisoprena dengan belerang yang merupakan proses utama dalam pembentukan karet cair akan dapat lebih mudah terjadi dan lebih sempurna, jika proses dilakukan dalam fase cair, yaitu dengan lebih dahulu mendispersikan berbagai bahan aditif tersebut menjadi bahan berbentuk cair dengan penambahan solven dan bahan pendispersi. Dengan demikian spesifikasi karet cair yang dihasilkan dapat memenuhi syarat untuk membuat berbagai barang jadi karet sesuai dengan standar SNI atau ASTM. Untuk pembuatan barang jadi karet dari karet cair dapat dilakukan antara lain dengan cara pencelupan atau pencetakan dilanjutkan dengan proses vulkanisasi dengan cara pemanasan. Dalam proses ini pembentukan ikatan silang antara poliisoprena dari lateks dengan belerang berlangsung sempurna dan sifat barang jadi karet yang dihasilkan akan sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam proses vulkanisasi ini lamanya waktu vulkanisasi akan menentukan sifat barang jadi yang dihasilkan. Jika proses vulkanisasi kurang lama, maka ikatan silang yang terbentuk akan kurang banyak sehingga kualitas barang jadi karet yang dihasilkan akan kurang baik. Sebaliknya jika waktu vulkanisasi terlalu lama maka sebagian ikatan silang antara poliisoprena lateks dengan belerang akan rusak, sehingga kualitas barang jadi karet juga menjadi kurang baik. Dalam penelitian ini dilakukan variasi waktu vulkanisasi untuk mendapatkan kondisi optimum untuk membuat barang jadi karet dari karet cair.
    Lateks pekat merupakan bahan berbentuk koloid yang stabil dalam suasana basa. Dalam pembuatan karet cair beberapa bahan aditif ditambahkan ke dalam lateks pekat dan akan mempengaruhi kestabilan lateks pekat. Untuk mempertahankan kondisi lateks agar tetap berbentuk koloid selama proses pembuatan karet cair, maka salah satu caranya adalah menjaga kondisi proses agar tetap dalam suasana basa agar tidak terjadi koagulasi yang akan menghambat pembentukan ikatan silang antara poliisoprena lateks dengan belerang dengan cara penambahan stabilisator.Stabilisator yang dapat digunakan dalam proses ini adalah KOH.
    Asap cair tempurung kelapa mengandung senyawa fenol, karbonil dan asam sebagai komponen utamanya. Senyawa fenol mempunyai sifat sebagai anti bakteri dan antioksidan. Dalam proses pembuatan karet cair dari lateks pekat, salah satu senyawa antioksidan yang biasa digunakan adalah senyawa-senyawa fenol. Dengan banyaknya kandungan fenol dalam asap cair tempurung kelapa, maka bahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti senyawa antioksidan yang biasa digunakan dalam pembuatan kompon lateks. Dalam penelitian ini dilakukan variasi penggunaan asap cair sebagai bahan antioksidan di samping antioksidan yang biasa digunakan untuk pembuatan kompon sehingga didapatkan kondisi terbaik untuk pembuatan barang jadi karet.
    Selain itu agar proses pembentukan ikatan silang antara poliisoprena dari lateks dengan belerang dapat berjalan dengan lebih cepat maka perlu ditambahkan bahan pengaktif (aktivator). Penambahan bahan pengaktif harus diatur agar proses vulkanisasi untuk pembentukan ikatan silang antara poliisoprena dari lateks dengan belerang dapat terjadi secara optimum. Jika terlalu sedikit bahan pengaktif yang ditambahkan, maka proses vulkanisasi berlangsung lambat sehingga ikatan silang yang terbentuk tidak maksimal. Sebaliknya jika terlalu banyak bahan pengaktif yang ditambahkan, maka proses vulkanisasi juga tidak optimal karena akan menyebabkan koagulasi poliisoprena selama proses, sehingga pembentukan ikatan silang antara poliisoprena dengan belerang menjadi tidak maksimal. Bahan pengaktif yang biasa digunakan dalam pembuatan karet cair atau kompon adalah campuran antara ZnO dengan asam stearat. Dalam penelitian ini dilakukan variasi penggunaan ZnO sebagai aktivator untuk mendapatkan kondisi terbaik dalam pembuatan karet cair sehingga barang jadi karet yang dibuat mempunyai sifat-sifat fisika kimia yang baik.
    Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dibuat dengan proses tertentu. Pemekatan lateks alam dilakukan dengan menggunakan empat cara yaitu: sentrifugasi, pendadihan, penguapan, dan elektrodekantasi. Diantara keempat cara tersebut sentrifugasi dan pendadihan merupakan cara yang telah dikembangkan secara komersial sejak lama.
    2.1.1.2 Proses Pembuatan Lateks Pekat
    2.1.1.2.1 Sentrifugasi
        Pemekatan lateks dengan cara sentrifugasi dilakukan menggunakan sentrifuge berkecepatan 6000-7000 rpm. Lateks yang dimasukkan kedalam alat sentrifugasi (separator) akan mengalami pemutaran yaitu gaya sentripetal dan gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal tersebut jauh lebih besar daripada percepatan gaya berat dan gerak brown sehingga akan terjadi pemisahan partikel karet dengan serum. Bagian serum yang mempunyai rapat jenis besar akan terlempar ke bagian luar (lateks skim) dan partikel karet akan terkumpul pada bagian pusat alat sentrifugasi. Lateks pekat ini mengandung karet kering 60%, sedangkan lateks skimnya masih mengandung karet kering antara 3-8% dengan rapat jenis sekitar 1,02 g/cm3. Pemekatan lateks berlangsung sesuai dengan hukum Stokes, yang secara matematis dapat dirumuskan dengan persamaan :
    Keterangan :
    V : kecepatan gerak partikel ke atas
    g : percepatan gravitasi atau sentrifugal
    r : jari-jari partikel karet
    d1 : rapat jenis serum
    d2 : rapat jenis partikel karet
    η : viskositas serum
    Prinsip pembuatan lateks pekat dengan cara pemusingan didasarkan pada perbedaan berat jenis antara partikel karet dan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar daripada partikel karet, yaitu 1,02 kg/m3, sedangkan partikel karet hanya 0,91 kg/m3. Dengan demikian partikel karet memiliki kecenderungan untuk naik ke permukaan, sedangkan serum cenderung berada di bawahnya. Partikel karet dalam lateks mengalami gerak Brown karena terjadi gaya tolak-menolak antarpartikel karet yang bermuatan. Gerak Brown ini akan memperlambat terjadinya pemisahan antara partikel karet dan serum. Lateks kebun yang dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi (separator) akan mendapat gaya sentripetal dan gaya sentrifugal yang mengarah keluar.
    Gaya sentrifugal yang bekerja pada lateks jauh lebih besar daripada percepatan gaya berat dan gerak Brown, sehingga akan terjadi pemisahan antara partikel karet dan serum. Bagian serum yang mempunyai berat jenis lebih besar akan terlempar ke bagian luar (lateks skim) dan partikel karet akan terkumpul pada bagian pusat alat sentrifugasi dan selanjutnya akan keluar dari bagian bawah (lateks pekat). Lateks pekat ini mengandung karet kering sekitar 60%, sedangkan lateks skimnya masih mengandung karet kering antara 3-8 % (Goutara et al., 1985).
    Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu lateks pekat pusingan adalah pengawetan lateks kebun, KKK lateks kebun, pengendapan lateks kebun, penambahan sabun ammonium laurat sebelum ataupun sesudah pemusingan, alat dan cara pemusingan, penyimpanan, pengangkutan, dan cara pengambilan sampel lateks pekat. Saat baru disadap, lateks kebun yang tidak segera diproses lebih lanjut harus diberi pengawet agar tidak cepat menggumpal.  Salah satu senyawa kimia yang dapat digunakan adalah amonia (NH3). Untuk mengawetkan lateks kebun sebelum disentrifugasi, dapat ditambahkan amonia sebanyak 0,2 % dari volume lateks. Konsentrasi ini dipilih karena merupakan jumlah minimal amonia dapat mencegah penggumpalan lateks dalam waktu yang tidak terlalu lama sebelum sentrifugasi. Jumlah amonia yang terlalu besar akan menyebabkan proses depolimerisasi berlangsung tidak optimal, karena kondisi keasaman (pH) sistem akan mempengaruhi efektifitas reaksi depolimerisasi. Mutu lateks pekat yang dihasilkan ditentukan berdasarkan spesifikasi menurut ASTM. Ada dua jenis lateks brdasarkan pengawetannya :
    1.      Jenis I
    karena menggunakan pengawet amonia sebanyak 0,2% sebelum pemekatan dan ditambahkan lagi amonia sebanyak 0,2% setelah pemekatan. Penambahan kembali amonia ke dalam lateks pekat bertujuan untuk mencegah penggumpalan selama penyimpanan lateks dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain pengawet, bahan lain yang juga harus ditambahkan adalah surfaktan, yaitu surfaktan emal dan emulgen masing-masing sebanyak 1 bsk. Surfaktan berfungsi sebagai penstabil lateks selama proses sentrifugasi. Gugus hidrofilik pada surfaktan akan berinteraksi dengan air, sedangkan gugus hidrofobiknya akan berinteraksi dengan lapisan fosfolipid pada partikel karet. Dengan demikian, dispersi partikel karet di dalam air pada sistem lateks akan lebih stabil. Penggunaan lateks pekat dalam penelitian ini bertujuan agar hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam industri yang umumnya menggunakan lateks pekat untuk menurunkan biaya pengangkutan, penyimpanan, dan pemrosesan. Pemekatan lateks kebun dilakukan dengan metode sentrifugasi menggunakan mesin centrifuge. Kadar Karet Kering (KKK) merupakan parameter terukur yang menunjukkan persentase jumlah karet dalam lateks. Menurut Triwijoso et al. (1989), lateks kebun segar mempunyai nilai KKK sebesar 30-34%. Pada kondisi penyadapan yang sangat bagus, tidak ada hujan selama 24 jam sebelum penyadapan, cuaca cerah, maka KKK lateks kebun dapat mencapai 35%. Kadar karet kering pada lateks kebun yang digunakan adalah sebesar 32,7%. Nilai ini termasuk dalam kisaran lateks kebun bermutu baik, karena lebih dari 30%. Lateks pekat yang dihasilkan dari sentrifugasi mempunyai nilai KKK sebesar 58,54%. Menurut Triwijoso et al. (1989), KKK lateks pekat hasil sentrifugasi adalah ± 60%.  
    2.      Jenis 2
    KKK lateks pekat lebih tinggi dari pada lateks kebun, karena pada saat proses sentrifugasi, bahan-bahan bukan karet telah terpisah dari lateks bersamaan dengan serum. Selain KKK, lateks pekat juga diuji viskositas Mooney-nya sebagai indikator atau pembanding yang menunjukkan kecenderungan perubahan bobot molekul karet alam. Dari hasil uji viskositas Mooney, dapat diketahui bahwa contoh lateks pekat mempunyai nilai sebesar 99,0 (ML(1’+4’)1000C). Kisaran nilai tersebut menunjukkan bahwa sampel karet kontrol yang digunakan memiliki sifat aliran bahan yang viskous. Nilai plastisitas Wallace (Po) juga digunakan sebagai pembanding dengan bobot molekul dan viskositas Mooney. Dari uji Po, dapat diketahui bahwa contoh karet kontrol mempunyai nilai sebesar 63,0. Nilai viskositas intrinsik karet kontrol dari lateks pekat adalah sebesar 541,66. Dari viskositas intrinsik ini, dapat dilakukan konversi menjadi bobot molekul karet kontrol. Hasil perhitungan bobot molekul viskositas karet kontrol ini adalah 1,18x106.
     Menurut ASTM tahun 1997, lateks pekat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan sistem pengawetan dan metode pembuatannya, yaitu :
    1.      Jenis I
    Lateks pekat pusingan yang diawetkan dengan amonia saja atau dengan pengawet formaldehida yang kemudian dilanjutkan dengan pengawetan amonia.
    2.      Jenis II
    Lateks pekat pendadihan yang diawetkan dengan amonia saja atau dengan pengawet formaldehida yang kemudian dilanjutkan dengan pengawetan amonia.
    3.      Jenis III
    Lateks pekat pusingan yang diawetkan dengan kadar amonia rendah dan bahan-bahan pengawet sekunder.
    Lateks pekat bermutu tinggi diperoleh dengan melakukan pengontrolan dan perlakuan yang baik sejak dari lateks kebun sampai pada pengambilan sampel lateks pekat. Apabila lateks disentrifugasi pada kecepatan 54.000 g (gravitasi) selama 60 menit, maka lateks akan terpisah menjadi empat fraksi utama sebagai berikut:
    1. Fraksi karet (37%)
    Fraksi ini berwarna putih, terdiri dari partikel karet, protein, lipid, dan ion-ion logam.
    2. Fraksi Frey Wyessling (3%)
    Fraksi ini berwarna kuning jingga, terdiri dari karotenoid dan lipid.
    3. Fraksi serum (50%)
    Fraksi ini berupa larutan jernih yang terdiri dari air, karbohidrat dan inositol, protein dan senyawa turunan, senyawa nitrogen, asam nukleat dan nukleosida, ion anorganik, serta ion-ion logam.
    4. Fraksi dasar (10%)
    Fraksi ini berwarna kuning pucat, terdiri dari protein dan senyawa nitrogen, karet dan karotenoid, lipid dan ion logam atau yang lebih dikenal sebagai lutoid (vakuolisosom), yang dapat menghentikan aliran lateks karena tersumbatnya pembuluh lateks.
    Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Lateks Pekat Metode Sentrifugasi
    2.1.1.2.2 Pendadihan
        Pemekatan lateks dengan cara pendadihan memerlukan bahan pendadih seperti natrium atau amonium alginat, gum tragacant, methyl cellulosa, carboxy methylcellulosa dan tepung iles-iles. Adanya bahan pendadih menyebabkan partikel-partikel karet akan membentuk rantai-rantai menjadi butiran yang garis tengahnya lebih besar. Perbedaan rapat jenis antara butir karet dan serum menyebabkan partikel karet yang mempunyai rapat jenis lebih kecil dari serum akan bergerak keatas untuk membentuk lapisan, sedang yang dibawah adalah serum. Mutu lateks yang dihasilkan ditentukan berdasarkan spesifikasi menurut astm dan sni. Bahan dan alat yang digunakan dalam proses ini adalah: 
    1.Drum thermoplastik berkapasitas 120 liter dilengkapi dengan dua buah kran PVC ukuran 0,5 inci, 1,5 m pipa PVC berdiameter 1,5 inci
    2. Dua buah soket drat PVC
    3. Empat buah klem jok dari besi
    4. Pengaduk yang terbuat dari plat aluminium 2,2 mm yang telah dilobangi dan tutup drum.
    Tangki ini mempunyai beberapa saluran yang antara lain berfungsi sebagai saluran penuangan, saluran pengeluaran lateks pekat, dan saluran pengeluaran serum. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut :
    1. Pembuatan alat pendadih latek
    Semua bahan dirangkai dan direkatkan dengan kuat menggunakan lem paralon.
    2. Persiapan bahan baku
    a. Latek kebun dikumpulkan secepatnya, paling lambat 5 jam setelah penyadapan
    b. Latek kebun dituang melalui saringan 60 mesh ke dalam drum pengolahan melalui corong dibagian atas alat
    c. Kemudian ditambahkan bahan kimia berturut-turut yaitu; larutan 20% amonia dengan dosis 50ml/liter latek kebun, larutan 20% amonium laurat dosis 2,5 ml/liter latek kebun dan bahan pendadih larutan 2% ammonium alginat dengan dosis 0,20% atau larutan 2% Carboksil Metyl Cellulose (CMC) dengan dosis 0,25% berat kering bahan pendadih terhadap berat serum. Berat serum adalah berat basah latek kebun dikurangi berat karet kering latek kebun yang diolah.
    d. Setelah latek kebun dan bahan kimia tersebut dimasukkan ke dalam drum pengolahan, ujung pipa pemasukan bahan yang juga berfungsi sebagai tangki pengaduk ditutup untuk mengurangi kehilangan amonia selama pengadukan dan proses pendadihan
    e. Campuran latek kebun dan bahan kimia di dalam drum diaduk secara manual.
    3. Pemanenan
    a. Serum dikeluarkan keesokan harinya dari keran di bagian bawah
    b. Proses tersebut diulang setiap hari sampai hari ke empat belas (14), volume latek yang dimasukkan rata-rata 20 liter per hari
    c. Pada hari kelima belas (15) dan seterusnya akan dihasilkan dan dipanen latek pekat (dadih).
    Gambar 2.2 Alat Pendadih Lateks Sederhana
    2.1.2    Pengertian Kompon
    Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai. Kompon karet dapat dibuat sesuai dengan formulasi yang dibutuhkan ,seperti kompon untuk karet vulkanisir ,kompon karet silikon dengan berbagai pilihan warna,ataupun kompon yang dikerjakan sesuai dengan kriteria akhir yang dibutuhkan .
    Gambar 2.3 Kompon Karet
    Gambar 2.4 Kompon Karet Vulkanisir
    Gambar 2.5 Kompon Karet Silikon
    Pembuatan dan pembentukan kompon karet merupakan tahap awal dari produksi barang jadi karet. Pembuatan kompon dilakukan dengan cara pencampuran karet dengan bahan kimia sesuai dengan formulasi yang dibutuhkan di dalam mesin pencampur dan pembentukan dilakukan di dalam mesin pembentuk setelah terlebih dahulu dilunakkan. Mesin two roll mill mampu menghasilkan kompon yang homogen dengan cara memasukkan dan mendispersikan bahan-bahan pencampur kedalam karet sehingga mudah diolah . Mesin pembentuk mampu melunakkan kompon dengan cara menggesek dan memanaskannya di dalam silinder dan lalu dibentuk dalam cetakan . Dalam proses pencampuran dan pembentukkan kompon diperlukan gaya geser yang cukup besar untuk melunakkan bahan dan ditambah lagi dengan energi panas .
    2.1.2.1 Proses Pembuatan Kompon
    Secara garis besar proses pembuatan barang jadi lateks dapat dipecah menjadi dua, yakni tahap penyiapan kompon lateks dan tahap pencetakan, vulkanisasi dan pengeringan. Tahap penyiapan kompon memerlukan kemampuan mengelola persediaan bahan baku berupa lateks pekat dan bahan kimia kompon serta pengetahuan yang cukup untuk meramu kompon sesuai kebutuhan dan barang jadi lateks yang akan diproduksi. Pada industri besar ke dua tahap proses tersebut dikerjakan secara terintegrasi, didukung oleh kapital dan SDM yang memadai.  Sementara itu bagi industri kecil  hal tersebut sering menjadi kendala.  Salah satu pendekatan yang banyak berkembang saat ini  di lingkungan industri karet adalah menggunakan ramuan bahan baku (kompon) yang siap pakai.  Ramuan demikian dikenal sebagai lateks pravulkanisasi, yakni kompon lateks yang telah mengalami proses vulkanisasi hingga tingkat tertentu sehingga industri pengguna tinggal melanjutkan proses pencetakan dan pengeringan.
    Kompon lateks adalah suatu campuran antara lateks dengan berbagai bahan kimia untuk memperoleh hasil akhir suatu vulkanisat dengan proses tertentu. Bahan kimia kompon terutama dari bahan pemvulkanisasi, bahan pencepat, antioksidan, bahan penggiat, dan stabilizer, diasmping bahan-bahan tambahan lainnya. Produk barang jadi karet pada umumnya mempunyai sifat-sifta tertentu yang diutamakan. Oleh karena itu susunan kompon lateks disesuaikan dengan jenis produk yang akan dihasilkan atau sifat yang diutamakan.
    Pembentukan kompon lateks yaitu pencampuran lateks pekat dengan bahan bahan kimia, proses ini dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia tertentu yaitu bahan kimia kompon, vulkanisasi, pengisi dan akselerator. Alat yang digunakan dalam proses ini gilingan pendispersi, bahan yang sering digunakan adalah belerang, karena lebih efektif dalam pembentukan gel lateks.Tujuan pembuatan kompon adalah untuk memperbaiki sifat-sifat fisika dan kimia yang kurang menguntungkan suatu produk barang jadi. Campuran diaduk perlahan-lahan dan dijaga jangan sampai terjadi pengotoran sampai campuran tersebut homogen, campuran ini disebut kompon lateks. Sebelum dicetak kompon lateks ini berbentuk cairan sehingga perlu ditambahkan bahan pemantap kedalam kompon lateks agar tidak menggumpal.
                Salah satu bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan kompon adalah peptizer. Peptizer digunakan dalam proses mastikasi. Hal ini bertujuan agar karet dapat dilunakkan dan memudahkan dalam proses mastikasi. Sebelum itu Elastomer harus mempunyai viskositas yg sesuai untuk dapat     menerima ingredient dgn mudah dan mendispersikannya secara merata. Pengurangan viskositas sedikit saja (viscosity reduction) dapat diperoleh dgn menambahkan bahan bantu proses spt:Zn-soap, Ca-soap, tetapi pengurangan viskositas yg besar akan memerlukan mastikasi yang akan dipercepat dengan bantuan peptizer.      
    2.1.2.2 Alat – Alat Pembuatan Kompon
    Alat atau mesin pengolahan kompon karet digunakan untuk melunakkan bahan baku (karet mentah) dan mencampurnya dengan karbon (bahan kimia lain) secara homogen. Oleh karena kompon  karet terbuat dari campuran karet dan bahan kimia, maka mesin pembuat kompon karet sering disebut mesin pencampur karet (rubber mixing machines). Beberapa fungsi mesin pencampur karet adalah sebagai berikut:
    1.      Mastikasi (penghancuran)
    Mastikasi atau mesin penghancur adalah mesin yang berfungsi menghancurkan karet agar viskositas atau berat molekulnya turun. Untuk itu diperlukan kerja mekanik yang cukup besar.
    2.      Pencampuran
    a.       Inkorporasi (wetting stage): pelapisan filler pada karet. Dalam tahap ini, karet mengalami deformasi besar-besaran (luas permukaan bertambah), dan terjadi pembalutan gumpalan filler. Karet dihancurkan hingga menjadi partikel kecil dan dapat membalut filler dalam bentuk butir-butir kecil.
    b.      Dispersi: di sini butir-butir halus dihasilkan agar filler dapat bercampur atau menyebar di dalam karet. Dalam tahap dispersi karet ini, gumpalan-gumpalan filler yang dibalut karet dihancurkan lagi menjadi butir-butir halus. Pada tahap inkorporasi dan dispersi diperlukan gaya geser yang besar.
    c.       Distribusi: meningkatkan homogenitas kompon.
    d.      Plastisasi: memodifikasi sifat rheology kompon agar sesuai untuk pengolahan berikutnya.
    Berdasarkan bentuk dan fungsinya, mesin pembuat kompon karet dibedakan menjadi 3, yaitu:
    a.       Mesin Pencampur Karet Terbuka (Mesin Giling Karet Dua Rol)
    Mesin pencampur karet ini mempunyai unit pencampur (rotor) yang terdiri dari dua buah silinder panjang dan berongga. Rotor terbuat dari bahan baja cor atau besi cor yang diperkeras, yang pemukaannya licin dan tahan karat. Rongga silinder berfungsi sebagai saluran media pemanas dan pendingin. Unit pencampur karet (silinder) dalam keadaan terbuka, dan pemasukan bahan baku serta pemotongan kompon karet dilakukan oleh operator.
    Rol tambahan (stock blender) berfungsi untuk menampung sebagian kompon karet dan memasukkan kembali ke dalam celah kedua rol mesin giling karet agar pencampuran lebih baik. Dengan menggunakan stock blender ini maka kompon karet lebih cepat dingin, lebih homogen dan plastis dalam selang waktu pencampuran tertentu.
     







    Gambar 2.6 Mesin Pencampur Karet Terbuka
    Untuk menghubungkan mill ke peralatan batch-off biasanya digunakan conveyor. Peralatan batch-off berfungsi mengotomatisasi pemindahan kompon karet ke proses selanjutnya. Di dalam batch-off, lembaran kompon  karet didinginkan dengan mencelupkan ke dalam air (non stick solvent) dan dikeringkan dengan blow drying. Lembaran berjalan di atas rol-rol yang dipasang di dalam batch-off dan dipotong menjadi lembaran-lembaran yang berukuran tertentu. Lembaran ditumpuk secara berlapis (wig-wag form) pada bagian keluar batch-off dan dipindahkan ke mesin pengolah karet berikutnya dengan alat angkut (conveyor). Unit-unit lain yang perlu diperhatikan pada mesin pencampur karet terbuka, antara lain alat penampung, alat pengaman, pengatur nip, motor penggerak, transmisi dan putaran, unit pemanas, pendingin, dan pelumas mesin.
    b.      Mesin Pencampur Karet Tertutup Non Kontinu
    Pada mesin pencampur karet tertutup non kontinu (internal batch mixer), rotor berada dalam ruang tertutup. Unit pencampur (rotor) mesin karet berbentuk benjolan sehingga rotor tampak seperti bersayap dan bidang geser lebih luas. Pencampuran berlangsung lebih singkat dan lebih bersih dibandingkan dengan mesin pencampur karet terbuka.
    Poros, sayap, dan dinding ruang pencampuran dibuat berongga agar dapat dilalui media pemanas dan pendingin. Proses pencampuran tidak perlu dibantu oleh operator kecuali pada saat pengisian bahan ke dalam hopper dan pada waktu pengeluaran kompon karet dari ruang pencampuran. Bahan ditekan oleh ram secara hidrolik selama proses pencampuran.
    Mesin pencampur karet tertutup non kontinu dikelompokkan menjadi dua tipe menurut disain rotor atau cara pencampuran di dalam ruang pencampuran, yaitu tipe non-intermeshing dan tipe intermeshing. Kelompok mesin-mesin yang termasuk tipe non-intermeshing adalah mesin Banburry,Bolling, dan Werner-Pfleiderer, dan mesin tipe intermeshing adalah Intermix Francis Shaw dan Werner Pfleiderer.
    Gambar 2.7 Intermix Francis Shaw
     









    Gambar 2.7 Werner Pfleiderer
    Pada mesin tipe non-intermeshing, aksi geser gumpalan kompon karet terjadi di dalam celah antara rotor dengan ruang pencampuran, sedangkan pada tipe intermeshing aksi geser gumpalan kompon terjadi di dalam celah antara kedua rotor. Rotor tipe intermeshing memberikan pemindahan panas yang lebih baik, dan cocok digunakan untuk kompon karet yang peka terhadap panas dengan siklus pencampuran yang agak lama.Mesin pencampur jenis yang baru telah dibuat di perusahaan Italian Firm Rutital yang dinamakan Rutital Monomix Mixer. Mesin ini hanya mempunyai sebuah rotor yang berbentuk kerucut rangkap (biconical), yang berulir dua dengan arah terpusat, sedangkan ruang pencampurannya berbentuk silinder.
    Salah satu contohnya adalah Tandem mixer. Tandem mixer adalah jenis mesin pencampur karet yang dikombinasikan dari dua buah mesin pencampur karet  tipe intermix dan dipanaskan secara bertingkat. Pada bagian atas dipasang ram mixer dan pada bagian bawah dipasang ramless mixer. Agar ramless mixer dapat mengisi sendiri tanpa bantuan tekanan dan kerja mekanik ram, maka rotor ramless mixer haruslah interlocking. Masterbatch yang dihasilkan mixer atas dipindahkan langsung ke mixer bawah, lalu didinginkan dan pencampuran selesai, sementara masterbatch berikutnya telah diolah dan tersedia pada mixer atas. Masterbatch yang keluar dari mixer bawah dipindahkan ke mesin pengolah berikutnya melalui dua roll mill ataupun dump extruder. Kinerja tandem mixer sangat bergantung pada operasi fasilitas pendingin dan sifat bahan kompon yang diolah, dan mesin ini mempunyai system pendinginan yang mampu menyerap kalor masterbatch. Suhu masterbatch pada saat keluar dari mixer atas antara 150-160°C, waktu pencampuran 3,5-4 menit. Untuk mixer bawah fill factor 0,45-0,47, laju putaran dapat divariasi hingga 60 rpm.

    c.       Mesin Pencampur Karet Tertutup Kontinu
    Mesin pencampur karet tertutup kontinu terdiri atas pengumpan dan ekstruder pencampur. Pengumpan berfungsi sebagai pemasuk bahan ke dalam ekstruder pencampur  dan ekstruder pencampur berfungsi sebagai pencampur dan pemindah bahan ke mesin pengolah berikutnya. Sebelum memasuki ekstruder pencampur, bahan telah mengalami pelunakan di dalam pengumpan. Pelunakan di dalam pengumpan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan sekrup (sikoplast) dan rotor Farrel M.V.X.
     






    Gambar 2.8 Mesin Pencampur Karet Tertutup Kontinu
                Berikut ini adalah mesin – mesin pembentuk kompon:
    a.       Mesin Ekstruksi Karet (Ekstruder)
    Mesin ekstrusi karet / mesin ekstruder diguna kan untuk membuat bentuk atau mencetak kompon karet menjadi panjang dengan profil bulat, empat persegi panjang, segitiga, dll, yang padat atau berongga. Bentuk akhir kompon sama dengan bentuk penampang rongga matris (die) yang digunakan. Kompon dilunakkan di dalam silinder (barrel) yang panas dengan menggunakan aksi mekanis sekrup yang berputar atau ram sehingga kompon mudah disemprotkan atau dikeluarkan melalui matris. Sekrup dan barrel merupakan unit penting (jantung) dari mesin ekstruder. Dinding barrel dan kadang-kadang bagian dalam sekrup mempunyai rongga yang dapat dialiri media pemanas dan pendingin. Unit-unit lain yang perlu diperhatikan pada mesin ekstruder, antara lain motor penggerak, unit pemanas dan pendingin, alat-alat transmisi, pengatur putaran, dan pelumasan, unit depan (screen, breaker plate, die), unit pemasukan kompon, dan bubuk (powder). Prinsip Screw
     








    Gambar 2.9 Mesin Ekstruder Karet

    Ekstrusion adalah Bahan isian (kompon karet) dimasukkan ke dalam ekstruder melalui ”hopper” yang biasanya dilengkapi dengan ”feed roller”. Setelah memasuki sekrup melalui kantong umpan, bahan bergerak dan berputar melalui bagian-bagian sekrup, antara lain bagian umpan, kompresi, dan penglunakan. Ketinggian ulir pada bagian-bagian sekrup bervariasi, dan disesuaikan dengan perubahan fase bahan di dalam ”barrel” yang memuat volume ruang yang berbeda.  Ulir paling tinggi terdapat pada bagian umpan dan ulir paling rendah terdapat pada bagian penglunakan. Bahan memperoleh energy panas dari pemanas barrel dan juga dari kerja mekanik sekrup yang berputar dan bergesekan dengan bahan di dalam barrel. Berikut ini adalah jenis – jenis mesin ekstruksi, yaitu:
    1.      Ekstruder Karet Umpan Dingin
    Mesin ekstruder karet umpan dingin adalah mesin ekstruder yang mengolah kompon karet pada suhu kamar, dengan umpan dapat berupa butiran atau pita. Sekrup mesin ini agak panjang, akan tetapi kedalaman ulir (flight dept) agak rendah.
    2.      Ekstruder Karet Umpan Panas
    Mesin ekstruder umpan panas adalah mesin ekstruder yang mengolah kompon  karet pada suhu di atas suhu kamar. Sekrupnya agak pendek, akan tetapi kedalaman ulir agak tinggi. Pada umumnya perbandingan panjang dengan diameter sekrup (L/D) untuk pengoperasian tekanan rendah, adalah L/D 5:1, dan untuk pengoperasian tekanan tinggi L/D 8:1.
    3.      Ekstruder Karet Umpan Dingin Berventilasi
    Pada barrel mesin ekstruder ini dipasang sebuah ventilasi, sehingga gas-gas yang terperangkap di dalam kompon karet selama pengolahan dapat dikeluarkan. Ada dua zone pada mesin ekstruder ini, yaitu:
    1.      Zone umpan, transmisi, dan metering
    2.      Zone transisi dan metering
    Perbandingan L/D sekrup pada bagian pertama L/D 8:1, dan pada bagian kedua L/D 12:1, atau perbandingan total L/D, 17:1 dan 20:1.
    b.      Mesin Kalender Karet
    Mesin kalender karet digunakan untuk:
    1.       Membuat kompon karet yang panjang dan lebar (lembaran kompon), yang tebal dan tipis.
    2.       Melapiskan kompon karet pada permukaan tenunan (coating).
    3.       Memasukkan kompon karet ke dalam jaringan tenunan dengan cara  menekan (frictioning).
    4.       Melapiskan kompon karet pada permukaan tenunan yang telah difriksi      atau tenunan berkaret (skimming).
    5.       Melapis ganda lembaran karet atau tenunan berkaret (doubling).
    6.       Membuat bentuk kompon karet (shaping) pada permukaan rol
    7.       (profiling ataupun embossing).
     








    Gambar 2.10 Mesin Kalender Karet
    Cara pembentukan lembaran kompon karet adalah dengan menekan kompon karet atau tenunan berkaret di antara roll-roll dan mengatur arah dan besar putaran serta jarak roll. Putaran roll yang berbeda mengakibatkan friksi, dan putaran roll yang sama mengakibatkan sheeting (penekanan, pelapisan, dan penghalusan permukaan kompon karet). Berdasarkan jumlah roll dan penggunaannya, jenis mesin kalender karet diklasifikasikan menjadi:
    1.      Kalender karet beroll dua
    2.      Kalender karet beroll tiga
    3.      Kalender karet beroll empat
    4.      Kalender karet beroll lima
    5.      Kalender karet beroll enam
    Berdasarkan susunan pemasangan roll, jenis mesin kalender diklasifikasikan menjadi:
    1.      Mesin kalender karet susunan I
    2.      Mesin kalender karet susunan Γ
    3.      Mesin kalender karet susunan L
    4.      Mesin kalender karet susunan Z
    Roll terbuat dari baja cor atau besi cor yang keras, sekitar 500 – 550 BHN, dengan permukaan yang halus. Bagian dalam sepanjang sumbu roll dibuat berongga sebagai saluran media pemanas dan pendingin. Unit-uniTt lain yang penting pada mesin kalender karet antara lain:
    1.      Motor penggerak dan transmisinya
    2.      Pengatur putaran dan jarak roll
    3.      Unit pemanas, pendingin, dan pelumasan
    4.      Unit pemotong, roll-roll pemisah, dan pengaman
    2.2       Pengolahan Karet Menjadi Produk
    2.2.1    Ban
    Ban terdiri dari bahan karet atau polimer yang sangat kuat diperkuat dengan serat-serat sintetik dan baja yang sangat kuat yang menghasilkan suatu bahan yang mempunyai sifat-sifat unik seperti kekuatan tarik yang sangat kuat ,fleksibel ,ketahanan pergeseran yang tinggi. Ban terdiri dari tiga komponen utama yaitu karet, baja, dan serat. Untuk menggiling ban menjadi serbuk karet dilakukan dengan proses Ambien atau cryogenic grinding .Karet memberikan kontribusi terbesar bahan ban (lebih kurang 60% berat). Ban adalah material komposit, biasanya dari karet alam / karet isoprena yang digunakan untuk ban truk dan ban mobil penumpang seperti pada sabuk tapak, sidewall, carcassply, dan innerliner. Ada perbedaan jumlah karet stirena butadiena yang digunakan pada ban truk ,dimana jumlah karet stirena butadiena lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan karet styrene butadiene pada carcassply , dasar tapak.

    Gambar 2.11 Pengolahan Karet Menjadi Ban

    Sebuah ban mengandung 30 jenis karet sintesis , delapan jenis karet alam ,delapan jenis karbon hitam, tali baja ,polyester ,nilon ,manik-manik baja ,silika dan 40 jenis bahan kimia ,minyak dan pigmen. Enviromental Protection Agency (EPA) mengidentifikasikan bahwa di dalam sebuah ban mempunyai bahan campuran dan material seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 :
    Table 2.4  Bahan-Bahan Dalam Ban
    No
    Nama Bahan
    No
    Nama Bahan
    1
    Acetone
    15
    Pigment
    2
    Nickel
    16
    Manganese
    3
    Aniline flame reterdants
    17
    Polyester
    4
    Phenol
    18
    Chloroethane isobutyl
    5
    Polycyclic aromatic hydrocarbons
    19
    Methyl
    6
    Barium
    20
    Cobalt trichloroethylene
    7
    Benzothiazole
    21
    Arsenic
    8
    Methyl ethyl ketone
    22
    Isoprene
    9
    Styrene – butaden
    23
    Benzene
    10
    Chromium toluen
    24
    Lead
    11
    Copper
    25
    Cadmium
    12
    Halogenated
    26
    Mercury
    13
    Nylon
    27
    Rayon
    14
    Latex
    28
    Naphthalene

    2.2.1.1             Alat – Alat Yang Digunakan Untuk Pembuatan Produk
    2.2.1.1.1          Mixing / Banbury
    Dalam pembuatan produk ban unggulan, baik untuk kendaraan mobil maupun motor, Tire Manufacturing  menggunakan beberapa material sebagai bahan baku utama dan beberapa bahan kimia sebagai bahan pelengkap produksi. Material yang digunakan antara lain Natural dan Synthetic Rubber, Carbon Black, Silica, Zinc Oxide, Sulfur, Oli, dan beberapa material kimia lain. Pada tahap awal, proses yang dilakukan adalah pencampuran Natural &Synthetic Rubberdengan Ingredient yang sebelumnya sudah ditimbang sesuai dengan berat yang ditentukan pada spesikasi -produk yang ingin dibentuk. Kemudian diberikan tambahan Carbon dan Oli pada saat material tersebut masuk kedalam mesin Banburry. Dalam mesin tersebut terdapat alat yang berfungsi untuk menggiling campuran menjadi lapisan yang disebut compound. Sebelum compound tersebut disusun pada rak, terlebih dahulu melewati proses pendinginan dan diberi cairan adhesive agar compound tersebut tidak lengket setelah tersusun.

    Gambar 2.12 Alat Pencampuran

    2.2.1.1.2          Extruding 
    Adonan hasil mixing  tadi dibuat menjadi tread  dan sidewall.  Prosesnya adalah injeksi dan extruding hingga terbentuk profil. Hasil akhir dari tahapan ini adalah side walltread dan fillerSide wallmerupakan salah satu bagian ban yang berfungsi sebagai pelindung terhadap benturan dari arah samping atau serempetan, bahan untuk menambah fleksibilitas ban, lapisan karet pembungkus carcass dari shoulder area ke rim cushion dan bead area, berfungsi untuk fashion jika dihias dengan white ribbon atau white letter, penahan tekukan untuk beban berat, daya tahan lama dan tahan retakan dan juga berfungsi untuk kekerasan dan keempukan radial.
    Gambar 2.13 Alat Extruding

    Gambar 2.14 Alat Extruding

    2.2.1.1.3          Calender
    Proses aplikasi lain adalah untuk pembuatan material ply & steel belt, JLB & cap ply. Aplikasi tersebut dibentuk oleh mesin Calender dengan bahan dasar benang (polyester dan nylon) juga steel cord. Polyester maupun nylon yang akan diproses, sebelumnya harus melalui proses pelebaran terlebih dahulu agar material tersebut terbuka untuk kemudian di masukan ke dalam oven dengan suhu 160°C agar pada saat diberikan compound dan bahan-bahan seperti polyester, nylon, dan steel cord dapat merekat dengan sempurna.
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5ciXZQpoDHZQ8PQ-7rH_qBRAVVbOQbS2fJUnh1RdfMNrA0bxMja_c3jJ3YfC1ZcB11mpYDOSL4d79ug2Y1-KOD5VHp3GRdP0jJF_2OjHqiJk9QmaSrANFvbgxF1akUVwCcZh8vFqrmpY/s320/China_Rubber_Calender_Machine.jpg
    Gambar 2.15 Alat Calender


    2.2.1.1.4          Bead 
    Sementara proses calender  berjalan, di bagian lain ada pembuatan bead wire  yaitu melapisi kawat baja dengan karet. Proses ini berjalan otomatis dan begitu keluar dari mesin, bead wire  sudah berbentuk lingkaran sesuai dengan ukuran rim. 
    Gambar 2.16 Alat Bead

    2.2.1.1.5          Cutting 
    Proses cutting ini merupakan proses lanjutan dari mesin Callender, hasill akhir  dari proses ini biasa disebut dengan Ply dan Cap Ply. Ply merupakan lembaran material yang terdiri dari Polyester, Nylon, dan compound yang telah diproses sebelumnya dalam bentuk gulungan panjang di mesin Calender yang kemudian di potong – potong untuk merubah arah atau sudut benang dari 0° menjadi 90°. Ply berfungsi sebagai carcass atau kerangka untuk menahan, membentuk sistem suspensi dan beban ban.Sedangkan Cap Ply merupakan lembaran material yang terdiri dari nylon dan compound yang dipotong – potong menjadi beberapa bagian di mesin TTO. Cap Ply berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan bundar ban waktu berjalan, meredam suara bising dari steel belt, membuat nyaman, dan untuk memperkecil rolling resistance.

    2.2.1.1.6          Building
    Kemudian sampailah pada tahap perakitan semua komponen-komponen  aplikasi yang telah dibuat pada proses semi manufaktur. Semua komponen seperti rakitan bead, lembaran ply yang telah di potong dengan sudut 90°, steel beltsinnerlinertread dan side wall semua di rakit menjadi satu kesatuan utuh sebagai bagian dari ban setengah jadi atau biasa disebut dengan Green Tire (GT). Proses perakitan (Tire Building) terdiri dari 2 tahap, tahap pertama sering disebut dengan istilah 1st stage yang kemudian menghasil produk berupa carcass, kemudian carcass diproses kembali di tahap kedua atau 2nd stagedengan menambahkan steel beltcap ply dan tread menjadi GT. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang dioperasikan oleh satu operator di masing – masing tahap.

    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHU2OQG6a4iQYfA69BDYTMQRKWq4rAmZb08Qt9ztSAPvaZSxPG3Fy9Hs_JKNordEAJbehRen0HTJ8PivLPA7MhDOlybMs-LE4m8reAhZqbggbLn72ojaNbxki1r3IzB8di9l1g75jhdyE/s320/building+mc.gif
    Gambar 2.17 Alat Building
    2.2.1.1.7          Curing
    Proses selanjutnya adalah tahap akhir dari proses pembentukan ban. GT yang dihasilkan dari proses perakitan kemudian di kirim ke area Curing untuk dimasak. Proses Curing sendiri terdiri dari beberapa tahap. Pertama GT datang dari bagian Perakitan, sebelum masuk ke proses curing, GT harus diperiksa terlebih dahulu untuk menghindari adanya cacat pada GT. Setelah GT selesai diperiksa diambil 4 ban setiap 1 rak GT untuk dilakukan prosespainting Chem Trend yaitu pengolesan cairan tire-lubricant pada bagian dalam GT yang bertujuan agar GT tidak menempel di bagian karet bladder pada saat proses curingberlangsung. Kemudian GT dikirim ke masing-masing operator untuk di proses di mesin press curing. Proses curing sendiri merupakan pemasakan atau vulkanisasi yaitu penyatuan polimer (rubber) dengan carbon black dan sulphur dengan dibantu oleh persenyawaan bahan kimia untuk mendapatkan beberapa karakteristik compound yang diperlukan dari bagian-bagian ban. Proses curing (pemasakan) ini membutuhkan suhu panas dan sejumlah tekanansteam yang sangat tinggi, GT akan ditempatkan pada cetakan (mold) dengan temperatur sesuai dengan yang diinginkan untuk produksi. Setelah cetakan tertutup, GT akan melebur ke dalam cetakan tread dan side wall. Cetakan tersebut tidak dapat dibuka sampai prosescuring selesai secara keseluruhan. Setelah proses pemasakan selesai, mold akan terbuka secara otomatis. Ban yang sudah jadi akan jatuh dan masuk ke dalam conveyor untuk kemudian sampai di bagian Pemeriksaan (Finishing).
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkSjPsZ9HQ2ahOKJE9vOsNAM5P8OWssEWOjcHA0d3mBPbzoa05EyguKzVEUGLdGyuV-fUG2RtJQ_13flszFjg7aTPyCZeFX0bNzcrZY8sp1JAEvG4TL0zfmxuN4WD3e3JoP3aPbCvsweI/s320/curing+machine.jpg
    Gambar 2.18 Alat Curing

    2.2.1.1.8          Finishing / Quality Control
    Setelah selesai, ban diperiksa secara visual apakah ada cacat atau tidak. Proses ini tentu saja tidak menggunakan mesin, jadi ketelitian pekerja sangat dibutuhkan. Selain visual, kontrol juga dilakukan dengan pemeriksaan balance  dan menggunakan sinarX.  Ban tidak mungkin bisa 100% balance  seperti pelek, namun ada batasannya. Jika melebihi batas, berarti ada kesalahan pada proses produksi. Selain itu, kami juga memiliki laboratorium untuk memeriksa sampel ban yang diambil secara acak demi menjaga kualitas.
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8rYOBv11tUYpEV1aaNNOmB0WPJkzRZQ6MO1nHu3VVEdSXdkcaAbxu3qzudTimbbRTKJ-vEnQ9Kf1CwdObdqoPKckYHWOqJ95vHsFFQ5c_xTUJ8aDbAfWSVysS3lCTtfDh164DGVOHMhY/s1600/tyre+inspection.jpg
                                  Gambar 2.19 Alat Finishing

    2.2.2  Bandela
    2.2.2.1 Alat Alat Yang Digunakan Pada Proses Pengolahan Lateks Menjadi Bandela
    2.2.2.1.1          Tangki Lateks
    Tangki lateks yang digunakan dalam mengangkut lateks dari kebun memilikikapasitas 2.200 –  2.400 liter. Ada dua macam yaitu tanki alumunium dan tangki plat baja.Tangki dilengkapi lubang pada bagian atasnya untuk mengisikan lateks dan sebuah kranpada bagian bawah untuk mengeluarkan lateks.Tangki lateks haruslah selalu dalam keadaan bersih. Oleh karena itu harus selaludilakukan perawatan yang meliputi bagian dalam dan luar tangki, setelah digunakan haruslangsung dicuci dan bila cuaca panas bagian luar tangki ditutup dengan karung goni.
    2.2.2.1.2          Bulking Tank
    Bulking tank adalah tempat yang digunakan untuk menampung lateks dari tangkilateks. Kamudian lateks ini dialirkan ke bak koagulan lewat pipa yang berada dibawahnya.
    2.2.2.1.3          Canting Moster
    Alat ini digunakan untuk membuat moster / sampel. Canting ini bervolume 100 cc.
    2.2.2.1.4          Mangkok dan Pengaduk Lateks
    Selanjutnya dari canting lateks dituang ke dalam mangkok untuk dicampur asamsemut di aduk hingga membeku.
    2.2.2.1.5          Sadaan dan Canting Lateks
    Sadaan adalah alat yang digunakan untuk mengukur volume lateks dalam tangkilateks dan Canting lateks digunakan untuk mengambil lateks dari tangki lateks untuk mengetahui kualitas lateks yang disetorkan pabrik.
    2.2.2.1.6          Bak Koagulan
    Bak koagulan terbuat dari alumunium yang berukuran panjang 304 cm, lebar 92 cm,dan tinggi 40 cm. Merupakan tempat pengenceran dan pembekuan lateks.
    2.2.2.1.7          Saringan Lateks
    Saringan lateks yang akan digunakan haruslah selalu dalam keadaan yang bersih darisisa lateks maupun dari kotoran apapun. Berfungsi untuk menyaring lateks agar lateks dari kebun benar-benar bebas dari kontaminan apapun. Contonya seperti daun pohon karet,potongan kayu, kerikil, dan yang lainnya.
    2.2.2.1.8          Pengaduk Lateks
    Pengaduk lateks digunakan untuk mengaduk asam marata pada tahap koagulasi danuntuk mempercepat naiknya gelembung udara. Alat ini terbuat dari alumunium denganukuran panjang 63 cm dan lebar 30 cm.
    2.2.2.1.9          Larop
    Larop digunakan setelah proses pengadukan. Alat ini berfungsi untuk mengambilbusa pada bak koagulan.
    2.2.2.1.10        Timbangan
    Timbangan yang terdapat pada gambar dibawah ini digunakan untuk mengetahuiberat basah karet. Dari berat basah ini baru kemudian dapat dihitung kadar karet keringnya.
    2.2.2.1.11        Mesin Penggiling Moster / Sampel
    Alat ini digunakan khusus untuk membuat moster / sampel lateks dari bekuan lateksuntuk penentuan KKK.
    2.2.2.1.12        Mesin Penggiling Bekuan Sheet / Slab
    Mesin gilingan yang dipakai menggunakan sistem six in one atau satu baterai sheeter terdiri dari enam rol gilingan.
    2.2.2.1.13        Termometer Rumah Pengeringan/Pengasapan
    Termometer ditempelkan pada setiap kamar asap pada rumahpengeringan/pengasapan yang berfungsi untuk mengetahui suhu dalam kamar asap danmengontrol suhu dalam proses produksi Ribbed Smoked Sheet (RSS).
    2.2.2.1.14        Meja Sortasi
    Meja ini khusus digunakan untuk melakukan sortasi Ribbed Smoked Sheet  (RSS) dilengkapi dengan sebuah lampu didalamnya.
    2.2.2.1.15        Gunting
    Gunting ini khusus dipakai untuk memotong bagian RSS yang cacat seperti belum matang, berjamur, cacat giling, adanya gelembung, dan kotor karena terkontaminasi oleh kotoran dalam proses produksi.               

    2.2.2.1.16        Timbangan Bandela
    Setelah pengepakan sheet selesai maka perlu dilakukan penimbangan.
    2.2.2.1.17        Mesin Press
    Mesin press digunakan untuk mempres RSS atau Cutting setelah proses pengepakanagar bentuknya sesuai dengan permintaan konsumen.
    2.2.2.1.18        Jangkar Sorong
    Digunakan untuk memudahkan pekerjaan dalam memindahkan bandela setelah selesai di press untuk kemudian proses pembungkusan.
    2.2.2.1.19        Papan Press
    Terbuat dari kayu yang dilapisi dengan plat seng. Berfungsi dalam pengepresan bandela.


    Daftar Pustaka
    Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu. 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Karet Alam Dengan H2O2-NaOCl Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet Siklo Dari Lateks. Simposium Nasional Polimer IV. Jakarta.
    Balit Sembawa. 2006. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet.
    Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT. Gramedia, Jakarta.
    Budi , Wibawa G, Ilahang , Akiefnawati R, Joshi L, Penot E dan Janudianto. 2008. Panduan Pembangunan Kebun Wanatani Berbasis Karet Klonal (A manual for Rubber Agroforestry System – RAS). Bogor, Indonesia.
    Kamarijani, 1983. Perencanaan Unit Pengolahan. Fakultas Teknologi Pertanian UGM : Yogyakarta.
    Setyamidjaja, Djoehana. 1982. Karet Budidaya dan Pengolahan. CV. Yusa Guna: Jakarta.
    Goutara, B. Djatmiko, dan W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Agroindustri Press, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
    Honggokusumo, S. 1978. Pengetahuan Lateks. Kursus Pengolahan Barang Jadi Karet. Balai  Perkebunan Bogor. Bogor.
    Loo, Thio Goan. 1980. Mengelola Karet Alam. PT. KINTA, Jakarta.
    Suryawan, D. 2002. Pedoman Praktek Pengolahan Lateks Pekat, Kursus Teknologi Barang Jadi Dari Lateks. Balai Penelitian Teknologi Karet : Bogor.
    Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Pradnya Paramitra, Jakarta.
    Triwijoso, S.U. dan Oerip Siswantoro. 1989. Pedoman Teknis Pengawetan dan Pemekatan Lateks Hevea. Balai Penelitian Perkebunan Bogor : Bogor.
    Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan


     


    { 2 komentar... read them below or Comment }

    1. Hallo, terimakasih untuk makalahnya. Saya sedang mengerjakan tugas akhir tentang kasur busa, apakah saudara bisa membantu saya ? terimakasih sebeumnya

      BalasHapus
    2. Saya menjual produk Pelumas/Oli dan Grease/Gemuk untuk sektor Industri.

      Oli yang kami pasarkan diantaranya untuk aplikasi : Diesel Engine Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil, Circulating & Bearing, Heat Transfer Oil, Slideway Oil, Turbine Oil, Trafo Oil, Metal Working Fluid, Synthetic Oil, Corrosion Preventive, Wire Rope, Specialities Oil dan aneka Grease/Untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
      WA:0813-1084-9918
      Terima kasih

      BalasHapus

  • Copyright © - Maggie's Blog

    Maggie's Blog - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan